Rabu, 03 Juni 2015

Daya Juang

Pengertian Daya Juang
 Daya juang adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan dan upaya bergerak ke depan secara maksimal dan mengatasi segala kesulitan untuk mencapai tujuan tertentu dengan tipe quiter yaitu seseorang yang mudah menyerah, camper yaitu seseorang yang mudah puas, dan climber yaitu seseorang yang terus berusaha sampai titik puncak. Motivasi berprestasi adalah berbagai aktivitas yang dilakukan untuk menimbulkan dorongan, membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran yaitu berprestasi. 
Tujuan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 7 SMP Strada Bhakti Utama Jakarta Selatan adalah mengetahui hubungan antara daya juang dan motivasi berprestasi siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Metode pengumpulan data menggunakan skala penilaian, yang digunakan untuk mengukur daya juang dan motivasi berprestasi. Instrumen daya juang terdiri dari 60 pernyataan dan telah diujicobakan, 30 pernyataan dinyatakan valid dengan reliabilitas sebesar 0,929. Instrumen motivasi berprestasi terdiri dari 60 pernyataan yang telah diujicobakan, 25 pernyataan dinyatakan valid dengan reliabilitas sebesar 0,912.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara daya juang dengan motivasi berprestasi. Hal ini berarti semakin tinggi daya juang siswa, maka akan semakin tinggi juga motivasi berprestasinya. Sebaliknya, semakin rendah daya juang siswa, maka akan semakin rendah juga motivasi berprestasinya.Saran peneliti bagi Guru Pembimbing SMP Strada Bhakti Utama adalah memberikan bimbingan dan pelatihan kepada siswa mengenai daya juang dan motivasi berprestasi, supaya siswa dapat meningkatkan daya juang dan motivasi berprestasinya, sehingga memperoleh prestasi yang maksimal. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling adalah menambah kegiatan bimbingan dan pelatihan kepada siswa mengenai daya juang dan motivasi berprestasi sehingga dapat memberikan pengetahuan bagi siswa mengenai daya juang dan motivasi berprestasi. Bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling adalah dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan referensi, sehingga mahasiswa dapat lebih memahami kajian tentang daya juang dan motivasi berprestasi, sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa untuk menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan daya juang dan motivasi berprestasi yang dialami peserta didik, serta menerapkan daya juang dan motivasi berprestasi dalam kehidupan sehari – hari.Membangun Pribadi Anak yang Penuh Daya JuangLima Pembunuh Semangat Kerja Yang Merusak Karir Anda
  1. Kelemahan dan kebiasaan jelek atasan
  1. Pekerjaannya yang tidak habis-habisnya dan sering menyusahkan Anda
  1. Rekan kerja yang sulit diajak kerja sama dan egois
  1. Anak buah yang perilakunya menyebalkan dan sering bikin "naik darah"
  1. Atasan sering tidak memberikan dukungan ketika Anda alami kesulitan
  1. Anda sering merasa terjebak kerja di profesi ini, padahal Anda tidak suka
  1. Anda merasa gaji yang diterima tidak sesuai dengan keinginan Anda
  1. Anda merasa tidak diharga dan di apresiasi oleh atasan/ perusahaan
  1. Anda merasa tidak pernah dimotivasi oleh atasan
  1. Anda berpikir atasan sering tidak adil terhadap Anda
Ubah sudut pandang Anda secara positif, dan senantiasa mengucap syukur dengan apapun yang Anda miliki. (Freddy Liong, MBA, CBA)


Penulis : Roswitha Ndraha
Topik ini tercetus dari ayah saya waktu dia menonton talkshow Oprah Winfrey di TV beberapa bulan lalu. Oprah mewawancarai Lisa-Marie Presley, putri mendiang raja rock tahun 60-an, Elvie Presley. Sebagai anak orang yang terkenal, kehidupan Lisa-Marie pastilah tidak terkendala oleh uang. Tapi, apakah dia bahagia? Ayahnya mati tidak wajar. Pernikahannya dengan Michael Jackson yang seumur jagung itu, terus-menerus menjadi sorotan pers. Oprah menanyai Presley bagaimana dia menjalani hidup sebagai anak orang terkenal dan apa akibat hal-hal itu bagi keluarganya saat ini.
"Itu dia!" kata ayah kepada saya beberapa waktu kemudian, "yang diperlukan anak-anak zaman sekarang: menjadi pribadi yang berdaya juang dan tidak mudah menyerah."Sekarang Lisa-Marie adalah single parent dari tiga anak (sorry, kalau saya salah mengingat jumlah anak ini). Sebagai bintang, mudah baginya meninggalkan ketiga anaknya di tangan pembantu dan baby sitter. Tetapi, dalam wawancara itu dia mengatakan, "Saya ingin anak-anak saya mengerti pekerjaan saya, bagaimana saya berjuang, bagaimana saya hidup. Saya tidak ingin membesarkan anak-anak saya seperti saya dibesarkan dulu. Saya ingin mereka punya daya juang yang besar dan tidak mudah putus asa." Untuk itu Lisa-Marie membawa anak-anaknya ke mana pun dia pergi. Dia ingin anak-anaknya menyaksikan sendiri dan meneladani perjuangan hidup ibu mereka.
Saya sendiri sebagai anak, menyaksikan bagaimana ayah saya berjuang menjadikan dirinya "orang" (mengingat latar belakang keluarga ayah saya yang sangat miskin di Nias sana) dan bagaimana dia membangun keluarganya. Tentu saja ini tidak lepas dari peran ibu saya juga (secara status sosial ibu saya jauh di atas ayah saya). Tapi bagaimana ayah saya berjuang untuk sekolah, tidak putus asa walau tidak dihargai orang, jujur biarpun diancam, tetap bekerja walaupun tidak digaji. itu adalah cermin bagi kami. Tidak perlu lagi kata-kata.
Kalau dibilang hidup sekarang makin mudah untuk anak-anak kita, mungkin itu ada benarnya. Orang tua bekerja di luar rumah dan adanya pembantu yang membereskan semua kekacauan, mungkin salah satu penyebab. Saya baru menyadari bahwa hampir semua tetek-bengek di rumah, dikerjakan orang lain. Kalau pembantu cuti, ketahuan aslinya penghuni rumah!
Anak saya yang besar, laki-laki, 12 tahun, SMP 2, sampai sekarang belum bisa mencuci pakaian sendiri. Membersihkan kamar pun mesti tiap kali disuruh, termasuk membereskan hal-hal kecil, menaruh handuk atau membawa piring kotor ke dapur. Dia sedang belajar menggosok pakaian. Dia juga bisa masak makanan untuk dia sendiri. Tapi saya rasa bukan itu yang disebut daya juang.
Dalam sebuah seminar orang tua yang saya dengar beberapa hari lalu, psikolog menemukan bahwa daya juang anak-anak sekarang rendah. Orang tua yang bekerja menghasilkan cukup uang untuk anak-anak membeli apa yang mereka mau. Sebagian orangtua Kristen mengajari anak berdoa untuk meminta sesuatu. Tidak salah, tapi tidak cukup hanya itu. Anak-anak yang punya daya juang rendah juga cenderung menjadi anak yang underachievement, anak yang berprestasi di bawah potensinya. Di zaman yang makin lama makin penuh kompetisi ini, bagaimana membangun anak yang siap bersaing dalam segala hal?
Saya bertanya kepada beberapa orang sebuah pertanyaan sederhana yaitu, "Menurut Anda, apakah motivasi atau semangat hidup itu penting? Dan kenapa?". Saya mendapatkan berbagai versi jawaban. Namun saya memiliki versi jawaban tersendiri. Semangat hidup atau motivasi tinggi adalah "amunisi" bagi setiap kita untuk menghadapi berbagai persoalan hidup, rintangan dan kesulitan dalam rangka mencapai cita-cita atau sasaran hidup kita. Tanpa "amunisi" semangat hidup yang "banyak", kita akan tidak memiliki cukup "power" di dalam menghadapi berbagai persoalan dan tekanan hidup.
Lalu pertanyaan saya yang selanjutnya,"Mana yang lebih penting bagi Anda, semangat hidup atau televisi Anda di rumah?". Kebanyakan orang pasti menjawab semangat hidup lebih penting dari pada televisi di rumah.
Kemudian saya lanjutkan pertanyaan terakhir,"Bila Anda mengatakan semangat hidup lebih penting, mana yang Anda jaga baik-baik setiap hari? Anda lebih menjaga secara ketat televisi Anda di rumah (supaya tidak dicuri orang), atau Anda  menjaga baik-baik semangat hidup Anda setiap hari?". Maka banyak orang mulai terbuka pikirannya, dan mengambil kesimpulan, "Iya juga ya, kenapa saya tidak jaga secara baik-baik semangat hidup saya? Kok saya lebih merawat televisi saya ketimbang semangat juang saya yaaaa...."

Bila kita memiliki paradigma yang tepat tentang apa gunanya "motivasi atau semangat hidup", maka kita akan menjaga baik-baik semangat juang tersebut.

Siapa yang bisa menjaga semangat juang ini? Siapa yang bertanggung jawab menjaga semangat kerja yang tinggi? Jawabannya tiada lain adalah DIRI KITA sendiri. Oleh karena itu, kita harus berjuang mati-matian untuk menjaga semangat hidup yang tinggi supaya tidak "patah semangat".
Faktor apa saja yang membuat semangat juang atau motivasi hidup kita ditempat kerja, menjadi "kempes"? Bila kita mampu mengenali faktor "pengempes" tersebut, maka harapan saya, kita harus menghindari faktor itu dan menjaga semaksimal mungkin "amunisi" kita. Berikut ini adalah 10 faktor yang akan menghancurkan semangat juang:
1. Hidup dan kerja tanpa tujuan yang jelas
Banyak orang yang mengeluh tentang tidak termotivasi untuk melakukan sesuatu. Itu karena mereka tidak memiliki tujuan hidup yang jelas, yang akan menggairahkan mereka untuk melakukan apa pun. Tanpa tujuan hidup yang jelas, hidup kita seperti sayur tanpa garam, hambar, mudah patah semangat dan mudah kalah dalam menghadapi berbagai persoalan.
Cara mengatasinya: Pikirkan "goal setting" Anda, tuliskan di secarik kertas dan tempel di ruang pribadi Anda. Lembaran ini akan menjadi pemandu langkah-langkah Anda

2. Memakai prinsip hidup yang salah yaitu "Apa kata orang lain"
Sebagi contoh, ketika kita mau membangun komunikasi yang baik dengan atasan, lalu orang lain bilang "kamu menjilat ya..." Apa respon kita? Apakah kita berhenti untuk membangun hubungan baik dengan atasan, dan mendengar komentar orang sekitar? Atau sebaliknya?
Bila tindakan kita sering didasari oleh apa kata orang lain, maka komentar negatif dari orang-orang lain, akan membunuh semangat hidup kita.
Semakin kita merenungkan kata-kata negatif dari orang lain, semakin kita tidak punya daya juang dalam menghadapi kesulitan.
Cara mengatasinya:
Ganti prinsip hidup "Apa kata orang lain", dengan prinsip hidup "Apa kata Tuhan tentang saya".

3. Hanya fokus pada hal-hal negatif saja
Banyak karyawan dan kaum profesional berfokus pada kejelekan atasan, renungkan dan menggosipkan kelemahan-kelemahan atasan, mengeluh tentang berbagai kebijakan perusahaan yang tidak disukai, dsb. Jika kita terlalu fokus pada hal-hal buruk yang terjadi di tempat kerja, maka kita akan mudah sekali patah semangat.
Sehingga kita tidak bisa melihat lagi "sisi terang" dan berbagai peluang yang muncul. Kita harus ingat rumusan ini: "ketika kita fokus pada hal-hal negatif, maka semangat juang kita akan hilang, dan sebaliknya, bila kita fokus pada hal-hal positifnya saja, maka motivasi kerja kita akan bangkit".
Cara mengatasinya:
Mulai berlatih melihat orang lain dan melihat berbagai situasi dari sisi positif. Dan selalu mengucap syukur mengenai apa saja yang kita miliki dan apa yang kita bisa. Jangan terjebak fokus pada kekurang diri sendiri.

4. No Action Planning Only
Bila kita hanya bermimpi saja, hanya bercita-cita saja, hanya merencanakan saja, tanpa tindakan konkrit, maka kaki kita akan tetap berpijak di tempat yang sama. Membosankan. Tidak ada kegairahan baru. Tidak terjadi perubahan apa-apa. Tidak ada tantangan baru. Dan pada akhirnya semangat hidup akan padam. Jadi, apabila kita sudah memiliki rencana dan tujuan yang jelas, mulailah dengan langkah pertama: bertindak!
Cara mengatasinya:
Salah satu cara terbaik supaya kita mau "loncat dari kursi" dan melangkah adalah melalui bantuan orang lain atau mentor. Minta mentor Anda untuk memberikan semangat untuk bertindak. Mentor Anda akan berfungsi sebagai pengingat sekaligus menjadi pendorong.

5. Takut salah dan takut gagal
Perasaan takut adalah hasil karya iblis yang terhebat yang ditebarkan kepada manusia. Ketika perasaan takut ini muncul, maka lidah kita akan kelu, kaki kita akan macet dan otak kita akan beku. Rasa takut salah dan gagal akan membunuh fighting spirit kita.
Cara mengatasinya:
Latihan afirmasi diri dan pengakuan iman dengan menggunakan berbagai kutipan ayat firman di Alkitab. Renungkan dan perkatakan ayat tersebut untuk menetralisir rasa takut yang muncul. Sebagai contoh, Anda bisa memakai ayat Yesaya 41:10 sebagai andalan untuk mengusir rasa takut.
Kuesioner :
Apakah Anda sering berfokus dan pikirkan hal-hal dibawah ini?

Bila hasil jawaban Anda mayoritas adalah "YA", berarti Anda potensi mudah patah semangat, tidak termotivasi, jenuh dan tidak bergairah di dalam bekerja.
Jalan keluarnya: