Rabu, 25 Mei 2016

[Tugas softskill]Penyandaan 10 WNI di Filipina oleh Kelompok Radikal Abu Sayyaf



Kronologis peristiwa kejadian penyandraan 10 WNI oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina

10 Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia yang disekap oleh kelompok militan Filipina Abu Sayyaf akhirnya dibebaskan. Mereka sebelumnya sempat disekap lebih dari satu bulan. Sebelum dipulangkan, mereka ditampung terlebih dahulu di rumah dari Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II).

Rencananya, seluruh WNI diterbangkan dan diperkirakan sampai tanah air Minggu (1/5) malam. Berikut kronologi lengkap 10 WNI disandera hingga dibebaskan:

26 Maret 2016

Dua kapal berbendera Indonesia dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf saat sedang berlayar dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju ke Batangas, Filipina selatan. Dua kapal yang dibajak itu adalah kapal Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.

29 Maret

Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Badrodin Haiti dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk melacak jejak para penyandera dan ke-10 WNI tersebut. TNI juga telah menyiapkan pasukan terbaik mereka untuk terjun ke lokasi setiap saat.

Dari sumber merdeka.com, Selasa (29/3), ada tiga pasukan elite yang diterjunkan untuk membebaskan para sandera. Mereka merupakan pasukan terbaik dengan anggota yang benar-benar memiliki kemampuan khusus dan terbaik dari yang terbaik.

31 Maret

Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) meyakini operasi pembebasan sandera asal Indonesia yang kini ditawan militan Abu Sayyaf, masih bisa mereka tangani sendiri. Dengan begitu, tawaran bantuan militer Indonesia yang sekarang sudah menyiagakan armada tempur di Tarakan serta Bitung, ditolak secara halus, seperti dilansir inquirer.net.

Militer Filipina memiliki prinsip tersendiri, sehingga sulit mengizinkan pasukan asing terlibat dalam pembebasan sandera itu. "Berdasarkan konstitusi, negara kami tidak mengizinkan adanya pasukan asing tanpa perjanjian khusus," kata juru bicara AFP, Brigadir Jenderal Restituto Padilla saat dihubungi wartawan kemarin.

8 April

Umar Patek siap membantu pemerintah untuk membebaskan WNI yang disandera Abu Sayyaf. Terpidana kasus terorisme 20 tahun bui itu pun mengaku tanpa pamrih apapun, asalkan persyaratan secara teknis dipenuhi.

Umar Patek alias Hisyam bin Alizein merupakan asisten koordinator lapangan dalam aksi terorisme Bom Bali Pertama pada tahun 2002. Insiden itu menewaskan 202 orang. Umar Patek disebut-sebut pernah membekali para petinggi militan Abu Sayyaf saat ini dengan pelatihan menggunakan senjata api serta merakit bom.

10 April

18 Prajurit Filipina tewas dalam operasi pembebasan sandera di Pulau Jolo, Basilan. Mereka tiba-tiba disergap saat dalam perjalanan menuju medan pertempuran. Meski begitu, lima militan berhasil ditembak mati.

12 April

Terpukul mundurnya tentara Filipina dalam operasi awal penyelamatan sandera dari tangan Abu Sayyaf akhir pekan lalu tidak melemahkan moral prajurit. Militer Filipina justru kembali menggelar operasi penyergapan lanjutan selama 10 jam pada hari berikutnya sepanjang Minggu (10/4) malam hingga Senin (11/4) dini hari, di lokasi yang sama, menurut keterangan juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Berkat operasi lanjutan itu, dipastikan 13 militan tewas.

15 April

Pukul 18.31 telah kapal berbendera Indonesia, yaitu kapal tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan Malaysia-Filipina kembali dibajak. Kapal tersebut dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina menuju Tarakan. Kapal membawa 10 orang ABK WNI.

Dalam pembajakan kali ini, seorang ABK tertembak. Sementara itu, lima orang berhasil selamat, sedangkan empat lainnya diculik oleh kelompok tersebut.

26 April

Militan Abu Sayyaf menepati ancaman yang mereka sebar sejak pekan lalu untuk mulai mengeksekusi tiga sandera asing dan satu tawanan asli Filipina. Korban pertama adalah John Ridsdel (68) asal Kanada. Tentara Filipina menemukan kepala pria ini di salah satu pulau kosong kawasan Jolo. Penemuan itu terjadi lima jam setelah tenggat pembayaran tebusan lewat.

29 April

Militer Filipina mengerahkan pesawat tempur membombardir titik-titik diduga markas militan Abu Sayyaf di pedalaman Pulau Jolo, Provinsi Sulu. Salah satu sandera asal Malaysia, Wong Teck Chi, menghubungi orang tuanya lewat sambungan telepon tiga hari lalu. Dia mengaku dipaksa lari berpindah-pindah tempat nyaris setiap beberapa jam sekali oleh para penculiknya.

Militer Filipina mulai menggempur Pulau Jolo melalui udara sejak dua pekan terakhir. "Kami khawatir, anak saya bercerita bahwa sikap para penculik sekarang semakin beringas setelah serangan udara kian intensif," kata Wong Chie Ming, orang tua Tek Chi, yang tinggal di Kota Sibu, Serawak, Malaysia.

29 April

Brigadir Jenderal Alan Arrojado yang selama delapan bulan terakhir memimpin Brigade 501 Provinsi Sulu dicopot. Dia digantikan oleh Kolonel Jose Faustino selepas satu sandera asal Kanada dipenggal oleh militan Abu Sayyaf di Pulau Jolo.

Philippine Star melaporkan, Kamis (29/4), Arrojado kabarnya bersitegang melawan atasannya, Mayor Jenderal Gerrardo Barrientos. Mereka adu pendapat soal strategi menekan militan, terkait operasi pembebasan para sandera.

1 Mei

10 ABK Warga Negara Indonesia telah dibebaskan oleh kelompok militan Abu Sayyaf di daerah Sulu pada Minggu siang hari ini. Polisi wilayah Provinsi Sulu, Wilfredo Cayat mengonfirmasi perihal pembebasan ini.

"Kita infokan ada seorang tidak diketahui menaruh 10 WNI di depan rumah dari Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II)," kata Cayat, seperti dikutip dari laman the Star, Minggu (5/1).Presiden Jokowi memastikan 10 WNI tengah malam ini tiba di Lanud Halim Perdanakusuma. Namun sampai saat ini masih ada 4 WNI yang disandera.

Strategi negara dalam penyelesaian penyandraan 10 WNI oleh Kelomok Abu Sayyaf di Filipina

          Istana Kepresidenan mendadak ramai pada Kamis sore 31 Maret 2016. Seluruh pentolan aparat keamanan dan Kementerian Luar Negeri menghadap Presiden Jokowi. Mereka membahas bagaimana cara menyelamatkan 10 WNI yang masih disandera Abu Sayyaf. 10 WNI yang bekerja sebagai anak buah kapal itu disandera kelompok perompak berbahaya itu saat kapal mereka memasuki perairan Filipina. Ada 2 kapal yang dibajak yakni kapal Brahma 12 dan kapal Anand 12. Keduanya mengangkut batu bara seberat 7.000 ton.Pemerintah bingung karena operasi penyelamatan WNI terganjal sikap Filipina. Jokowi pun langsung melakukan komunikasi intensif dengan Presiden Filipina Benigno Aquino III. "‎Lagi ada pembicaraan antara presiden kita dan presiden mereka," kata Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 31 Maret 2016.Entah apa yang dibicarakan antara Jokowi dan Benigno. Tapi, sikap Filipina yang menolak bantuan RI untuk membebaskan para sandera Abu Sayyaf membuat pemerintah ketar-ketir.Sutiyoso menilai, penolakan itu karena tingginya harga diri Filipina.
         "Ya mereka mungkin harga diri, reputasi jadi pertimbangan segala macam," kata dia.Armed Forces of The Philippines (AFP) beralasan, angkatan bersenjata negara lain tak bisa masuk ke negaranya tanpa perjanjian khusus."Ya, kalau ada penyanderaan di sini ya kita selesaikan sendiri, makanya itu perlu koordinasi," tegas mantan Gubernur DKI Jakarta ini.Hal yang membuat khawatir pemerintah, adalah karena sampai saat ini militer Filipina sendiri belum bisa menyelamatkan 6 warga negaranya yang juga disandera Abu Sayyaf. Padahal pasukan Indonesia dinilai jauh lebih mumpuni.
        "Kalau pasukan kita itu sangat qualified (mumpuni) ya," tegas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.Meski kecewa dengan sikap Filipina, tapi pemerintah RI meminta otoritas negara itu menjamin keselamatan WNI."Kita juga berkoordinasi dengan pemerintah Filipina meminta jaminan keselamatan, agar para warga negara kita yang ditawan itu segera untuk dibebaskan," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Tak Tinggal Diam
         P‎enolakan bantuan itu pun tidak membuat pemerintah Indonesia diam dan menunggu. Sejumlah langkah telah disiapkan. Namun, hal itu tak bisa diungkap ke publik.
"Menlu sudah ada langkah-langkah yang dilakukan tapi belum bisa diumumkan kepada publik," tegas Pramono.Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, pemerintah siap bekerja keras agar para WNI ini bisa lepas."Penjajakan opsi terbaik terus dilakukan," kata Menlu Retno.Walau begitu, Menlu menolak membeberkan, opsi apa yang akan diambil Kemlu. Dia hanya memastikan akan koordinasi antar lembaga terkait strategi pembebasan terus dilakukan.
            "Dalam 3 hari terakhir, koordinasi dan komunikasi semakin diintensifkan," ucap Retno.Data Indonesia Liason Officer TNI, 10 nama kru kapal yang disandera, yakni Peter Tonsen Barahama, Julian Philip, Alvian Elvis Peti, Mahmud, Surian Syah, Surianto, Wawan Saputra, Bayu Oktavianto, Reynaldi, dan Wendi Rakhadian.Sementara dari informasi intelijen, diketahui tidak hanya WNI saja yang jadi sandera. Terdapat pula 11 WNA dari berbagai negara yang jadi sandera. Sebanyak 6 orang berasal dari Filipina, lalu 2 itu dari Kanada, 1 Belanda, 1 Italia, dan Norwegia.Pembajak meminta tebusan sekitar Rp 14,2 miliar untuk membebaskan seluruh awak kapal asal WNI.

Pendapat anda jika terjadi kejadian yang sama lagi di waktu mendatang, apa yang harus dilakukan pihak negara kita?
Dalam hal ini pemerintah di tuntut untuk belajar dari peristiwa-peristiwa kejadian sebelumnya. seperti yang terjadi di tahun 2005 ,ada 3 WNI  juga yang di  sandra oleh kelompok Abu Sayyaf  di mana penyelesaiannya dilakukan secara diam-diam atau di sebut operasi rahasia. di karenakan penanganan pemerintahan filipina sendiri di nilai lamban ,jadi indonesia mengambil inisiatif untuk menerjunkan pasukannya ke filipina dan mereka membebaskan 2 sandra di kejadian ini 2 agen terbunuh dan 1 orang sandra lainnya di bawa ke dalam hutan. Kemudian tanggal 9 september 2005 mereka menemukan satu sandra tersebut. Penyelesaian kasus ini sampai memakan waktu 3 bulan.
Dan sekarang menurut saya pemerintah sudah tepat untuk menyelesaikan masalah ini karena menggunakan diflomasi. Menlu pemerintah indonesia juga turun ke filipina untuk berkoordinasi untuk lobi dan bertukar informasi. Pemerintah juga di haruskan membangun komunikasi yang baik dengan keluarga korban. Karena komunikasi sangat penting untuk mengabari keluarga korban penyandraan supaya mereka tenang dan tidak panik. Dalam proses ini pemerintah harus mengetahui/mengenali penculiknya , keadaan sandra dan dalam berkomunikasi dengan penculik menggunakan isu-isu yang menyentuh.
Dalam  hal ini komunikasi antar negara juga perlu di bangun untuk mempermudah pencarian, seperti kerjasama dengan Departmen Pertahanan Filipina. Supaya tidak terjadi kesalah dalam berkomunikasi negara harus tegas dalam hal ini karena berkaitan dengan keselamatan sandra. Pemerintah juga di himbau supaya tidak melakukan tidakan gegabah dengan bertindak semena-mena di daerah negara lain seperti melancarkan aksi sendiri, untuk membebaskan sandra tanpa adanya persetujuan dari negara tersebut.
Negara indonesia harus bisa membuka negosiasi satu pintu. Dengan demikian, kelompok penculik tidak dapat meneror kepada pihak manapun karena sudah disepakati untuk kontak kepada satu pihak saja."Dengan satu pintu, kita bisa mengarahkan dia (penculik), bisa mengendalikan dia, bisa mempengaruhi dia, sehingga kemauan kita yang dituruti dan bukan kemauannya,"
Jika terjadi lagi hal tersebut indonesia menurut saya sudah bisa belajar dari kasus-kasus penyelesaian masalah sebelumnya. Dalam hal ini peran pemerintah sangat dominan karena pemerintah juga harus membangun tali persaudaraan dengan negara lain supaya negara kita bisa di mudahkan /di bantu apabila penyandraannya berada di wilayah negara lain.






Sumber :
http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-kronologi-lengkap-10-wni-disandera-hingga-dibebaskan-abu-sayyaf.html
http://news.liputan6.com/read/2472321/operasi-pembebasan-tawanan-abu-sayyaf-terhadang-filipina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar